Adab Bertamu dan Adab Menerima Tamu
Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim
Adab Bertamu dan Adab Menerima Tamu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-
Ceramah Agama Islam Tentang Adab Bertamu dan Adab Menerima Tamu
Kita masih pada bab tentang إكرام الضيف yang sudah kita bahas pada pertemuan yang lalu dan telah kami sampaikan tentang adab-adab kita terhadap tamu. Karena menerima tamu bagian dari iman kepada Allah, bagian dari iman kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yakni menghormati tamu. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan adab-adab memuliakan tamu, diantaranya sebagaimana disebutkan oleh para ulama, yaitu ketika tamu itu datang, kita sambut dengan baik, kita mengucapkan kalimat-kalimat ucapan. Yaitu mengucapkan selamat datang, seperti: ahlan wa sahlan, marhaban bikum dan kalimat-kalimat lainnya yang menunjuk bahwa kita gembira dengan kedatangan tamu tersebut. Dan ini juga telah dicontohkan oleh Al-Musthafa Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika datang kepada beliau tamu-tamu utusan yang dikirim oleh Abdul Qais kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka beliau menyambut mereka dengan mengatakan:
مَرْحَبًا بِالوَفْدِ، الَّذِينَ جَاءُوا غَيْر خَزَايَا وَلَا نَدَامَى
“Selamat datang kepada para utusan, yang mana mereka datang tidak akan dihinakan dan tidak pula mereka menyesal.” (HR. Bukhari)
“Tidak dihinakan”, karena mereka datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka beriman kepada beliau, maka mereka pasti akan mendapatkan kemuliaan. “Tidak pula mereka menyesal”, karena iman kepada Allah ‘Azza wa Jalla, iman kepada RrasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Salalm, ini akan membawa kebahagiaan, bukan penyesalan.
Maka ini sebagai contoh bagaimana sikap dan perilaku akhlak dan perangai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau kedatangan tamu ke rumah beliau.
Lihat juga:
Adab Bertamu
Kemudian juga diantara adab-adab yang disebutkan oleh para ulama ketika kita kedatangan tamu, diantaranya disebutkan oleh Abu Laits As-Samarqandi Rahimahullahu Ta’ala. Ada 4 hal yang seyogyanya dilakukan oleh seorang yang bertamu. Kata Abu Laits, ada 4 hal yang mejadi keharusan bagi tamu yang datang ke suatu rumah.
1. Duduk di tempat yang dia di suruh untuk duduk
Hendaklah dia duduk di tempat yang dia di suruh untuk duduk oleh tuan rumah. Jadi dia tidak membangkang, tidak menolak.
2. Ridha terhadap apa yang disajikan oleh tuan rumah
Hendaknya dia ridha, lapang dada, menerima apa adanya jika tuan rumah menerima dia dan menyajikan apa yang ada yang dia sajikan untuk para tamu itu. Dan ini juga menunjukkan bahwa ketika kita menerima tamu, kita pun tidak dibebankan oleh agama ini untuk berbuat yang berlebihan atau membebani diri kita dengan suatu yang kita tidak mampu. Tapi kita menyambut tamu itu dengan apa adanya, jangan berlebihan dan jangan pelit. Apa yang memang ada, kita sajikan sebagai bentuk pemuliaan dan penghormatan kepada mereka. Dan tamu harus ridha terhadap apa yang disajikan oleh tuan tuan rumah.
3. Minta izin kepada tuan rumah
Tamu tidak bangun dari tempat duduknya atau meninggalkan rumah tanpa seizin dari tuan rumah itu. Makanya tamu kalau datang dan dia ingin pulang, harus pamit. Dan dia tidak pulang kecuali dengan seizin dari tuan rumah.
4. Mendoakan tuan rumah
Hendaknya tamu mendoakan tuan rumahnya. Mengucapkan جزاك اللهُ خيرًا “Jazakallahu Khairan (Semoga Allah memberikan balasan yang melimpah)” dan ada kalimat-kalimat yang sering diucapkan dan ini adalah bagian dari ucapan-ucapan ketika ketika kita mendoakan tuan rumah. Mengucapkan اكرمكم الله “Akramakumullah (Semoga Allah memuliakan anda wahai tuan rumah) dan yang lainnya dari ucapan-ucapan yang sudah biasa diucapkan di dalam kita mendoakan tuan rumah.
5. Meminta izin untuk masuk
(menit ke-12:47)
Diantara adab-adab yang disebutkan oleh para ulama dalam hal bertamu yaitu ketika tamu itu datang, hendaknya dia meminta izin untuk masuk, jangan langsung menerobos masuk ke rumah seseorang. Tapi hendaknya dia mengetuk pintu misalnya, mengucapkan salam, atau mungkin di zaman sekarang ini dia memberitahukan sebelumnya dengan WhatsApp atau dengan menelpon tuan rumah.
Jadi intinya bahwa dia minta izin kepada tuan rumah, terutama ketika masuk rumah tersebut. Diantara (manfaat) disyariatkannya Isti‘dzan (meminta izin) ketika masuk rumah, ini adalah dalam rangka menutup aurat. Karena ketika seseorang masuk rumah, apalagi orang lain atau bukan mahramnya, kalau tanpa memberitahukan atau tanpa mengetuk pintu atau tanpa mengucapkan salam kepada tuan rumah, dikhawatirkan mungkin ada wanita-wanita dalam rumah itu yang masih dalam keadaan terbuka auratnya. Sehingga dikhawatirkan orang kalau tidak izin ketika masuk rumah seseorang, dia tiba-tiba melihat aurat wanita yang bukan mahramnya.
Maka ini adab-adab yang mulia yang telah diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam bertamu. Maka disebutkan:
إِنَّمَا جُعِلَ الِاسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ البَصَرِ
“Bahwa kita disyariatkan minta izin ketika masuk rumah seorang karena pandangan mata dari melihat yang diharamkan.” (HR. Bukhari)
Adab sebagai tuan rumah
1. Tidak membebani diri
(menit ke-8:44)
Tidak seyogyanya seorang membebani dirinya untuk tamunya. Bahkan kadang-kadang mungkin sampai berhutang kepada orang lain hanya karena tamu. Ini tidak seyogyanya dilakukan. Dan memuliakan tamu itu sebagaimana dikatakan para ulama, itu juga sesuai dengan ‘urf yang ada. ‘Urf yaitu seperti ibarat suatu kebiasaan, suatu budaya yang ada di suatu masyarakat. Selama budaya itu tidak bertentangan dengan tuntunan Islam, maka kita seadaanya dalam menerima tamu itu dengan tidak membebani.
Kalau dulu sebelum ada air mineral kemasan, pada umumnya tuan rumah selalu membuat minuman teh atau kopi atau sirup misalnya. Tapi yang menjadi ‘urf sekarang di kebanyakan masyarakat kita pada umumnya -ketika tamu datang itu- kebanyakan di tiap-tiap rumah sudah air mineral gelas. Sehingga itu bagian dari yang disajikan kepada tamu kalau tamu itu datang mungkin hanya sebentar. Lain dengan tamu yang datang dan menginap di tempat kita.
Bagi tamu yang menginap, maka kita harus menghormati mereka. Namun tetap ada batasan bahwa tamu dihitung sebagai tamu dan kita diberikan ganjaran oleh Allah Ta’ala dengan pahala menghormati tamu adalah selama tiga hari. Adapun hari yang berikutnya (hari ke-4, 5 dan seterusnya), itu sudah merupakan sedekah. Artinya pahala dari apa yang kita belanjakan untuk tamu itu sudah menjadi pahala sedekah kepada orang yang tinggal di rumah kita.
Jadi selama tiga hari itu dia dilayani sebagai tamu. Adapun selebihnya dari itu kalau dia menginap di tempat kita, maka nilainya menjadi pahala sedekah bagi tuan rumah. Dan ini juga tentu semampu tuan rumah. Tidak harus dia mengeluarkan duit yang besar kalau dia memang tidak punya. Apa adanya, makan seadanya, tuan rumah biasa makan seperti apa, maka hendaknya tamu juga harus ikut apa yang dimakan oleh tuan rumah. Jangan dia menuntut yang berlebihan. Apalagi sudah lebih dari tiga.
Dan tidak sopan jika tamu sampai menuntut tuan rumah, itu adalah satu akhlak yang kurang baik. Sudah bertemu, menuntut kepada tuan rumah untuk membeli ini, menyiapkan itu dan seterusnya. Karena orang yang bertamu itu bukan dia datang di hotel. Tapi dia datang di rumah seseorang. Lain dengan orang yang datang tinggal di hotel. Kalau di hotel tinggal dia menelpon resepsionisnya, dia minta apa diberikan, tapi bayar. Ini tentu lain dengan tamu.
Maka di sini kita ketika bertamu, kita pun harus tahu adab-adab didalam bertamu. Apalagi kalau kita tinggal di rumah seseorang lebih dari tiga hari.
Simak pada menit ke-15:00
Download MP3 Kajian Tentang Adab Bertamu dan Adab Menerima Tamu
Download mp3 yang lain tentang Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48460-adab-bertamu-dan-adab-menerima-tamu/